RSS

Nick Vujicic Memiliki Happy Personality?


Nick Vujicic speaking in a church in Ehringshausen, Germany - 20110401-02.jpg
Nick Vujicic

                       Nicholas James Vujicic atau yang sering kita kenal sebagai Nick Vujicic (lahir 4 Desember 1982) adalah seorang penginjil Kristen dan motivator di Australia yang terlahir dengan tetra-amelia syndrome. Tetra-amelia syndrome adalah sebuah kelainan yang langka yang ditandai dengan ketidakadaan keempat anggota badan (dua tangan dan dua kaki).
Sewaktu Nick masih kecil, dia berjuang secara mental, emosi, dan fisik. Pada usia 10 tahun, Nick kecil memutuskan untuk bunuh diri dengan menenggelamkan diri di bathtub. Tetapi setelah beberapa usaha yang dia lakukan, Nick akhirnya menyadari, dia tidak ingin meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dengan rasa bersalah akibat kematiannya.
Nick pun bangkit setelah melihat sebuah artikel yang menggugah jiwanya, artikel itu menceritakan tentang seorang pria cacat tubuh mampu melakukan hal-hal hebat, termasuk membantu banyak orang. Ia pun memutuskan akan menjadi orang yang luar biasa seperti itu.
"Pada saat itulah, saya menyadari bahwa Tuhan memang menciptakan kita untuk berguna bagi  orang lain. Saya memutuskan untuk bersyukur, bukannya marah, atas keadaan diri sendiri! Saya juga berharap, suatu saat bisa menjadi seperti pria luar biasa itu-yakni bisa menolong dan menginspirasi banyak orang!" demikian ujar Nick, dalam sebuah wawancara.
        Saat menyadari hal itu, Nick akhirnya menerima kekurangannya, dan memulai organisasi non-profitnya sendiri yang disebut Life Without Limbs. Dia mulai berpidato untuk memotivasi orang-orang di seluruh dunia khususnya tentang hidup dengan kecacatannya.

Lalu, apa hubungannya Nick dengan happy personality? Dan apa sih happy personality itu? 
Martin E. P. Seligman mengemukakan teorinya tentang positive psychology. Seligman mengkritik pendekatan kepribadian yang hanya focus kepada abnormallitas, kelemahan, dan juga motivasi negatif. Dalam positive psychology, Seligman memaparkan tentang kebahagiaan, keunggulan, dan fungsi manusia yang optimal.

Dalam teori ini juga, ada yang disebut happy personality (subjecctie well-being atau life satisfaction) yang meliputi evaluasi kognitif kualitas pengalaman hidup seseorang dan kepemilikan yang berdampak positif (McGregor & Little, 1998).
Ada beberapa faktor dalam happy personality, yaitu:
       a.       Demographic factors
Salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan adalah uang. Memang banyak yang bilang kalau uang itu tidak bisa membeli kebahagiaan. Namun, ketidakadaan uang juga bisa membuat kita tidak bahagia. Selain uang, kesehatan juga bisa berhubungan dengan kebahagiaan. Kalau orang tidak sehat (sakit) bisa membuat kita merasa tidak senang.
       b.      Personality factors
Kepribadian kita juga bisa berhubugan dengan happy personality, terutama dalam Big Five factors. Ada beberapa studi yang mengatakan bahwa orang yang memiliki nilai rendah dalam neuroticism dan  tinggi dalam extraversion dan conscientiousness memiliki nilai yang tinggi juga dalam subjective well-being

Ada 6  variabel yang berhubungan dengan happy personality, yaitu:
1.      Repressive-defensiveness
Informasi bawah sadar dalam menghindari ancaman yang mengakibatkan menyangkal pengalaman negatif dan emosi hubungan negatif dengan pengalaman mereka; skor seseorang yang lebih rendah pada faktor ini, semakin tinggi subjective well-being mereka.
2.      Trust
Atribusi seseorang yang menjadi motif bagi orang lain,orang yang mendapat skor tinggi pada trust cenderung membuat atribusi optimis dan mendapatkan life satisfaction yang lebih besar.
3.      Internal locus of control and desire for control
Keyakinan dan keinginan untuk mengontrol kehidupan seseorang, skor seseorang tinggi pada faktor-faktor ini, disana semakin tinggi subjective well-being.
4.      Hardiness
Kecenderungan untuk meminimalkan efek dari peristiwa stres dari  adaptasi dengan mengevaluasi mereka dalam hal optimis.
5.      Emotional stability and positive affect
Bebas dari neurosis dan suasana hati negatif, perasaan, dan emosi, kondisi ini berkorelasi positif dengan subjective well-being.
6.      Self-esteem
Orang-orang yang merasa nyaman dengan dirinya memiliki skor tinggi dalam subjective well-being

Dari pemaparan diatas kita tahu kalau Nick Vujicic cukup berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Secara visual kita bisa bilang kalau Nick memiliki fisik yang tidak sama seperti kita semua. Dan keadaan fisik tersebut juga yang membawa Nick kedalam keputusasaan dan ingin bunuh diri. Ini juga menunjukkan keutuhan fisik memperngaruhi kebahagiaan seorang Nick Vujicic. Uang pun tidak bisa memberikan kebahagiaan bagi Nick.

Namun, kasihnya kepada orang tuanya dan melihat orang yang sama seperti dia bisa meraih kesuksesan, Nick pun menjadikan itu motivasi bagi dirinya (trust). Dalam variabel hardiness juga kita bisa menjelaskan kalau Nick memiliki nilai yang tinggi di faktor ini. Nick mulai meminimalisir efek stress bagi hidupnya dan beradaptasi dengan keadaan seperti itu. Nick juga mengevaluasi keadaan stress nya untuk menjadi lebih optimis lagi menjalani hidup.

Setelah perubahan terjadi dalam diri Nick, Nick mulai merasakan perasaan-perasaan positif, emosi-emosi positif dari setiap pengalamannya. Nick juga mengurangi fokusnya kepada kekurangannya dan menembangkan dirinya dan menjadi berguna bagi orang lain.
Kalau ditinjau dari faktor Big Five, Nick bisa dikatakan memiliki skor yang tinggi dalam extraersion dan rendah dalam neuroticism. Kita bisa lihat dari keseharian dan penyampaian-penyampaian pidatonya dalam setiap seminar atau acara motivasi.

Dari semua pembahasan diatas tadi, kita bisa simpulkan kalau Nick Vujicic memiliki happy personality. Nah, sekarang kita nih? Apa kita memiliki happy personality? Coba di cek dari teori yang sudah disampaikan.
Semoga bermanfaat

Sumber :